Tungku Ibu
Kala malam masih bersemayam
Semilir angin sibuk melipir
Mampir menebar mantra agar mimpi tetap terjaga
Kaupatik tungku berjelaga asa
Panans api mulai membara
Yang mengubah bulir berpeluh
Menjadi bahagiamu yang utuh
Kala fajar berpijar
Cahaya hangat matahari menyoroti wajah lelah
Menghantarkan lelap menuju ruang yang indah
Kautatap kumpulan air mendidih
Dengan hatimu yang ringkih
Aroma bumbu yang berasal dari kalbu
Sampai cahaya tungku yang diam - diam memadam
Doamu selalu terselip tanpa kedip
Untuk cahayamu yang masih malu
Dan sekedar mengucap, "terimakasih, Ibu"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar